Monday, April 7, 2014

TARIAN JIWA

Dimana saat dunia tak bercerita
Tak ada lagi canda tawa membumbung tinggi
Jalan-jalan trotoar diri semakin sepi
Ditikam kesunyian malam yang dingin

Cerita demi cerita
Lembar demi lembar garis tertulis damai
Dalam potret-potret pena kehidupan
Antara bahagia dan luka menjadi tontonan yang biasa
Itulah kehidupan

Tarian itu meliputi siang dan malam
Panas dan dingin, kemarau dan hujan
Langkahpun semakin enggan beranjak
Dari mata-mata dunia pecinta allah

Seperti menyembunyikan sesuatu yang sulit dipahami
Oleh samudera jiwa yang kekal
Saat manusia semakin rentan
Akibat pikiran yang teracuni ketamakan
Dan kegilaan yang tak henti-hentinya


SIAPAKAH KAU?

Di malam ini
Dan dalam kerinduan yang telah larut
Aku mencoba menggambarkan dirimu

Apakah kau hanya hembusan angin
Yang sebentar menampar wajahku ?
Apakah kau hanya bayangan
Yang sekejap hinggap di dadaku?
Apakah kau hanya imazinasi
Yang sekejap hinggap dalam dunia khayalku?

Apakah benar-benar kau yang membuatku semakin gila ?

Bagiku..
Kau bagaikan bunga di halaman rumahku
Yang membuatku geram ketika mamaku menyuruh untuk menyiramnya
Dan terkadang kau membuatku damai akan indahnya warna-warni corakmu

Putih kulitmu bagaikan selembar HVS kosong
Cuekmu terhadapku membuatku akan terus bekerja keras
Dalam menggapai suatu rasa yang amat begitu indah bagiku

Aku tidak pernah memegang rambutmu
Tapi terlihat betapa halusnya rambutmu
Dan betapa teduhnya jika aku bersandar di rambutmu

Dimataku kau tidak begitu cantik
Tapi aku merasakan kenyamanan yang mendalam
Ketika aku melihat selfie-selfie lucumu

Sangat tergambar betapa cerewetnya kamu
Karena noda diatas bibirmu
Tapi itu semua musnah
Karena kau memiliki warna bibir yang sangat sejuk.

Kau hanyalah kau
Yang membisu dalam bayang semu
Inikah arti cinta dan hatimu
Sekilas datang dan sekejap berlalu.

SANG PEMBERONTAK

Lamunan sang pemberontak
Terhanyut dalam sungai-sungai kelelahan
Tertumpah tangis dalam relung hati
Mengeram kebencian yang teramat sangat

Terik mentari membakar otak
Yang memang sudah kusut akan hari
Menyaksikan sebuah kemunafikan
Yang tumbuh subur seperti jamur di musim semi

Di genggamnya senjata dari hati yang terluka
Seakan maut berteman dengan keabadian
Melangkah ragu namun pasti
Telusuri lorong-lorong yang teramat sepi

Hari ini kelak aku berontak
Kata itulah yang ada di otak sang pemberontak
Bagai doktrin para pembesar kebohongan
Melangkah dan terus saja melangkah

Sesampai di lorong gelap
Setan-setan menari dalam benaknya
Terus melangkah walaupun hasilnya tetap sama
Kalah atau bahkan mati
Didalam bayang-bayang kesepian yang teramat sunyi

INILAH AKU

Belajarlah mengenalku dari sisi burukku
Dan jangan pernah mengenalku dari sisi baikku
" jika dirimu niscaya "
Dirimu akan menemukan cintaku

Karena dari situlah ketulusanmu membuatku mencintaimu
Dengan semua kecerdasanmu
Karena jika hanya materi dimatamu
" itu hanya akan membunuh hatimu "